18 September 2016

Dibalik layar perjalanan ke utara

Seminar " Pola Asuh Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) " di Pekalongan usia sudah. Diakhiri dengan ajakan Bu Heni, " Dek Tika ikut pelatihan di Surabaya besok minggu depan yuk." Dan jawabanku tidak mengiyakan. Mau sekali sebenarnya. Kesalahan memang, aku tidak nabung sebelumnya. Karena biaya pelatihan mencapai jutaan.

Jadi seminar kemarin membahas mengenai bagaimana peran orangtua dalam mengasuh buah hati mereka yang oleh Allah swt diberikan suatu keadaan khusus, berbeda dengan kondisi anak normal yang lain.

Kondisi ABK sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya pada saat Prenatal (kehamilan), Natal (kelahiran), Post Natal (setelah kelahiran). Saat masa prenatal, dilihat bagaimana konsumsi gizi ibu, apakah mendapat nutrisi yang cukup,  apakah mengkonsumsi obat2an, pernah jatuh, pernah mengalami pendarahan, tes virus. Kemudian pada saat natal, dilihat dari proses persalinannya. Karena proses persalinan yang lambat akan mempengaruhi kondisi si bayi. Apalagi jika hpl (Hari Perkiraan Lahir) si bayi tidak kunjung lahir. Bahaya air ketuban beracun dan plasenta yang mengalami pengapuran akan membahayakan si bayi di dalam kandungan apabila tidak segera dikeluarkan. Yang terakhir pada saat post natal. Apakah anak pernah mengalami panas tinggi atau kejang? Karena dua kondisi tersebut dapat mempengaruhi kondisi otak. Panas tinggi dapat membuat inti sel mati, sedangkan kejang dapat membuat sinaps yang berada di otak rontok.

Pada saat seminar aku bertemu dengan dua teman kuliahku yang lain. Diantara teman2ku yang ikut bisa dibilang aku yang paling antusias mengikuti jalannya seminar. Tangan kiri mendokumentasikan berupa video, sedangkan tangan kananku mencatat point2 penting yang beliau sampaikan. Lalu teman yang ada disebelahku, tidur dia. Catatan juga sepi sekali. Kan eman2 sudah datang jauh2 g dapat apa2. Begini ini kalau yang diincar hanya SKP. T_T

Oiya, sampai di Pekalongan kemarin kami berdua yang rencana awal naik taksi menuju Unikal, berubah menjadi naik becak. Karena stasiun dekat sekali dengan Unikal. Tawar menawar terjadi yang dilakukan oleh teman kerjaku, mbak yani. Disepakati tarif 20rb berdua. Driver becak bernama Pak Hanafi.

Jalan menuju Unikal dari stasiun cukup padat, banyak truk2 muatan besar, ditambah jalan yang sebagian banjir karena malam sebelumnya Pekalongan diguyur hujan seharian. " Wah, penumpang saya lumayan juga yaa. Padahal kecil2. Sampe gembrobyos saya mbak. " Hahaha.. aku dan mbak yani tertawa. Kita belum sarapan pak, gimana kalau udah sarapan. Goweees teruus pak Hanafi. :D

Pak Hanafi ini greget sekali orangnya. Saat ada di tikungan jalan, becak kami head to head dengan sebuah truk tronton. Kita berdua teriak alay bersamaan, sedangkan pak Hanafi hanya cengengesan sambil bilang, " tenang mbak, tenang. Udah ahli saya. "

Senam jantung berikutnya terjadi saat becak akan melewati rel kereta api. Palang pintu kereta diturunkan karena akan ada kereta yang akan lewat. Tapi bukannya menunggu kereta lewat, pak Hanafi malah turun, kemudia mendorong becaknya menerobos palang pintu kereta. Waktu itu, aku dan mbak yani pengen loncat aja rasanya. Nekat tapi lawak. Hahaha

Sampai di Unikal, pak Hanafi menawarkan jasanya untuk menjemput kita kembali di jam 4 sore atau setengah 5. Kita oke2 aja sih. Tapi kenyataannya saat seminar usai di jam 4 sore, kita nggak melihat pak Hanafi datang menjemput. Kita putuskan jalan kaki ke stasiun. 15 menit waktu yang kita butuhkan untuk sampai disana.

Masih ada waktu kosong 1 jam sebelum kereta datang. Jadwal keberangkatan  kereta api Kaligung Pekalongan-Semarang jam 18.03. Kita masih punya waktu untuk santai2. Mbak yani mencharge Hp nya sambil ngemil Roti'O, dan aku sibuk membalas bbm dari mbak Hanafi dan Zaenal. Temanku yang ingin dapat sertifikat tanpa mengikuti seminar. Saat kutanyakan ke panitia seminar, ternyata tidak bisa. Harus melalui IFI Pekalongan dulu.

Adzan maghrib berkumandang, aku segera menuju Mushola stasiun dan melaksanakan ibadah sholat maghrib berjamaah. Pas sekali, selesai sholat kereta Kaligung tiba. Kali ini aku satu gerbong dengan mbak Yani, digerbong lima. Tapi beda tempat duduk.

Aku duduk bersama mbak2 mahasiswi. Alhamdulillah, tidak seperti tadi pagi. Hahaha. Lalu ada mas2 di seberang tempat dudukku yang merasa tidak nyaman, karena Ac yang tepat berada diatas kepalanya. Merasa kedinginan, si mas ini cari tempat duduk kosong yang jauh dari Ac. Aku sempat menyapa si mas ini, " Kedinginan ya mas, Ac nya ngarah langsung ke njenengan soalnya." Kataku

Diperjalanan sambil mendengarkan musik yang diputar di kereta, aku mencoba untuk tidur. Tapi tidak bisa, karena penumpang di belakang tempat dudukku terlalu riuh. Lalu tiba2 Bapak menelepon, memberitahukan kalau Semarang hujan deras sekali. Bapak khawatir sama motorku, takut mogok. *ini Bapak lebih khawatir sama motor drpd anaknya..haha*

Sampai di St. Weleri, Mbak Yani mengajakku untuk pindah tempat duduk disebelahnya. Aku mengiyakan. Dan ternyata ada si mas Ac tadi di tempat duduk Mbak Yani. Aku duduk berhadapan dengan si mas. Kemudian kita bertiga berkenalan dan ngobrol. Panggil saja Mase. :D

Mase bercerita kalau Ibunya pernah mengalami gejala stroke kurang lebih sdh 3th, tapi Alhamdulillah sekarang ini sdh beraktivitas seperti biasa. Sebagai Fisioterapi, aku menanggapinya dengan memberi advice kepada Mase untuk disampaikan kepada Ibu. Mase memintaku untuk menterapi ibunya di rumah. Lalu Mase memberikan kartu nama. Saat kubaca, ternyata Mase ini seorang Audit di sebuah bank swasta Semarang.

Obrolan kita bertiga begitu asyik, sampai akhirnya Mase ini berkata kalau wajahku ini mirip sama wajah temannya. *memang wajah pasaran betuul mukaku ini. Haha*
"Wajah mbak mirip sama temen saya, namanya Umi. Dia mantan saya mbak". Eaaaa... * lalu datang mbak raisa sambil nyanyi mantan terindah.: D * "Waduuuh.. gawat ini." Pikirku. Inget anak isteri di Tegal, Mase!! >_<

"Makanya tadi saya pindah tempat duduk. Ya karena Ac, ya karena ada mbaknya di depan saya. Ehh..mau menghindar malah mbaknya duduk disini. Hehe."

Sampai di St.Poncol, Mase memberiku sebungkus tahu aci. Lalu aku memberikan sebungkus Roti'O. Kita barter. Turun dari kereta, Mase pamit duluan. Aku dan mbak Yani jalan menuju tempat parkir. Tiba2 mbak yani berkata, " Mbak Tika jangan pergi ke rumah masnya. Pokoknya jangan! Terus itu tahu aci nya jangan dimaem."
Jujur, aku juga merasakan apa yang mbak Yani takutkan. Untung saja Mase g menanyakan nomer telponku. Ini semua gara2 mbak mantan. Bukannya suudzon, mbak Yani memintaku untuk berhati2. :')

Karena kadang keramahan yang kita berikan, bisa disalah artikan oleh orang lain.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Music

Arsip Blog